Mataram - Firdaus alias Suryanto Abdullah, korban ledakan bom rakitan di Pondok Pesantren Umar Bin Khattab Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Bima, NTB adalah ahli perakit bom. Ia juga ternyata pernah menjalani latihan di Filipina selatan, bersama Imam Samudera, otak Bom Bali.
"Firdaus dia pengajar di Ponpes. Namun dia juga adalah perakit bom. Itu keahliannya," ungkap Kabid Humas Polda NTB, AKBP Sukarman Husein, di Mapolda NTB, Jalan Langko, Kota Mataram, Jumat (15/7/2011).
Menurut Sukarman, Firdaus juga memiliki keterampilan fisik dan menggunakan senjata. Polisi juga mengidentifikasi, Firdaus pernah berlatih dengan Imam Samudera, otak bom Bali yang telah dieksekusi mati.
"Firdaus pernah menjalani pelatihan di Filipina Selatan, bersama Imam Samudera," jelas Sukarman.
Firdaus berasal dari Dompu, kabupaten yang berdekatan dengan Bima. Ia adalah korban tewas di Ponpes Umar Bin Khattab saat ledakan yang diidentifikasi polisi dari bom rakitan, Senin 11 Juli 2011. Hasil visum, Firdaus luka di bagian pipi sebelah kanan yang tembus hingga tenggorokan, robek di bagian bahu, dan selangkangan.
Sebelumnya saat polisi menyisir ke ponpes tersebut, pimpinan ponpes bersama pengikutnya sudah tidak ada di lokasi. Kemudian polisi melakukan olah TKP. Di dalam salah satu ruangan di ponpes tersebut, polisi menemukan sketsa denah rencana pengeboman Polsek Mada Pangga, Bima.
Tak hanya itu, sejumlah barang bukti senjata tajam juga ditemukan. Barang bukti tersebut yakni 150 batang anak panah ukuran pendek, 165 anak panah ukuran panjang, 42 ketapel anak panah, 50 batang paku panjang, 50 paku pendek, 50 rangkaian paku yang sudah dirakit, 10 bilah pedang, 9 bilah belati pisau, 1 celurit, 1 kapak, 1 senjata senapan angin, 25 botol bom molotov, 1 jerigen ukuran 10 liter berisi air raksa, 182 buku majalah agama tentang jihad, 3 batang tombak, dan barang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar