oleh Tiko Septianto
09 Juli 2011 | 00:14 wib"ANGKER DAN MENGERIKAN!". Beberapa tahun yang lalu, agaknya kesan itulah yang kita dapatkan saat mendengar kata 'Lawang Sewu' di kota Semarang. Padahal itu merupakan sebuah objek wisata, atau lebih tepatnya merupakan ikon sebuah kota yaitu Semarang. Beberapa waktu yang lalu Lawang Sewu, yang juga merupakan sebuah peninggalan bersejarah, tak ubahnya sebuah bangunan tua yang kemudian dimanfaatkan menjadi sebuah tempat untuk 'uji nyali'. Menjual kengerian dan keangkerannya. Hantu penjaga dan keangkeran bangunan Lawang Sewu tak ubahnya menjadi sebuah daya tarik wisata, dimana orang-orang kemudian secara tidak langsung mengubahnya menjadi sebuah 'wisata hantu'.
Lambat laun, Lawang Sewu makin disadari oleh Pemerintah Semarang sebagai sebuah bangunan peninggalan bersejarah yang mestinya dilestarikan, dan dijauhkan dari citra angker yang berhantu. Upaya renovasi kemudian dirintis PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang merupakan pengelola langsung lawang sewu. Tembok-tembok dicat baru, penerangan ditambah, disaput oleh warna krem yang lembut mulai gedung A hingga gedung D, bercampur meriah dengan paduan lis kuning dan cokelat, halaman gedung yang semula liar tak terawat kini dipasangi paving block, tak kurang taman bunga dan rerumputan yang tertata rapi di setiap sudutnya.
Upaya renovasi tersebut telah dimulai sejak 2009 lalu. Pembangunannya-pun tak sembarangan. Menurut Kepala Pusat Pelestarian dan Bangunan Bersejarah PT KAI Ella Ubaidi kegiatan renovasi tersebut dimulai dengan pendataan, kemudian dalam pemugarannya, mereka melibatkan tokoh sejarah dan akademisi, karena itu merupakan bangunan bersejarah. Renovasi gedung Lawangsewu memang diupayakan semirip mungkin dengan bangunan aslinya, hal tersebut agar tidak menghilangkan nilai sejarah dari bangunan tersebut. Hal tersebut diterangkan pula oleh Ella, tim perenovasi mendata dinding dan ubin yang rusak, kemudian mula-mula diteliti komposisi kandungan dinding dan ubinnya. Berdasarkan hasil penelitian itu kemudian dibuat material renovasi yang mirip sekali dengan aslinya.
Dana yang digunakan untuk memugar bangunan bersejarah tersebut tidaklah sedikit. Pemugaran gedung A dan B saja diakui oleh Ella menelan anggaran hingga Rp 4 miliar, belum lagi biaya pemeliharaannya, tak kurang Rp 80 juta per tahun.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik kemudian menetapkan Lawang Sewu sebagai bangunan cagar budaya melalui Kemenbudpar, pada Juni 2010. Hal tersebut dikarenakan, sebuah benda atau bangunan dapat dikategorikan menjadi cagar budaya apabila telah berusia 50 tahun atau lebih. Kenapa 50 tahun? Karena bila telah 50 tahun, bangunan tersebut dianggap telah memiliki arti khusus bagi sejarah, agama, pendidikan, dan kebudayaan, serta memiliki nilai budaya.
Puncaknya 5 Juli 2011 kemarin, serentak, Ibu Negara Ani Yudhoyono, Herawati Boediono (istri Wakil Presiden Boediono) dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Agum Gumelar, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, dan sejumlah anggota Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu.
Kedatangan Ibu Negara dalam rangka peresmian Purnapugar Lawang Sewu, sekaligus mengangkat Lawang Sewu sebagai ikon wisata sejarah yang penting di jantung ibu kota Jawa Tengah. Ibu Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono selaku Pembina Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) datang untuk meresmikan Purna Pugar Lawang Sewu, sekaligus membuka secara resmi pameran budaya dan pekan kuliner yang diikuti oleh 26 provinsi se-Indonesia dan 35 Kabupaten kota se-Jawa Tengah. Festival itu diberi nama "Pameran Kriya Unggulan Nusantara".
Lengkap kini transformasi Lawang Sewu, ia yang dahulu merupakan gedung bersejarah bagi kantor Nederland-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada 1904 dan resmi digunakan sebagai kantor jawatan kereta api di Indonesia pada 1907. Untuk beberapa waktu, bangunannya mulai rapuh dan ke-historisan tempatnya mulai 'dialihfungsikan' menjadi sebuah 'wisata hantu'.
Kini Lawang Sewu kembali diremajakan. Lawang Sewu diharapkan menjadi sebuah tempat destinasi wisata baru. Menjadi harapan bagi citra pariwisata Semarang dan Jawa Tengah. Semoga, sebuah transformasi yang luar biasa akan tercipta.
Tahun bersejarah bagi Lawang Sewu
*dikutip dari berbagai sumber
( Tiko Septianto /CN32 )
09 Juli 2011 | 00:14 wib"ANGKER DAN MENGERIKAN!". Beberapa tahun yang lalu, agaknya kesan itulah yang kita dapatkan saat mendengar kata 'Lawang Sewu' di kota Semarang. Padahal itu merupakan sebuah objek wisata, atau lebih tepatnya merupakan ikon sebuah kota yaitu Semarang. Beberapa waktu yang lalu Lawang Sewu, yang juga merupakan sebuah peninggalan bersejarah, tak ubahnya sebuah bangunan tua yang kemudian dimanfaatkan menjadi sebuah tempat untuk 'uji nyali'. Menjual kengerian dan keangkerannya. Hantu penjaga dan keangkeran bangunan Lawang Sewu tak ubahnya menjadi sebuah daya tarik wisata, dimana orang-orang kemudian secara tidak langsung mengubahnya menjadi sebuah 'wisata hantu'.
Lambat laun, Lawang Sewu makin disadari oleh Pemerintah Semarang sebagai sebuah bangunan peninggalan bersejarah yang mestinya dilestarikan, dan dijauhkan dari citra angker yang berhantu. Upaya renovasi kemudian dirintis PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang merupakan pengelola langsung lawang sewu. Tembok-tembok dicat baru, penerangan ditambah, disaput oleh warna krem yang lembut mulai gedung A hingga gedung D, bercampur meriah dengan paduan lis kuning dan cokelat, halaman gedung yang semula liar tak terawat kini dipasangi paving block, tak kurang taman bunga dan rerumputan yang tertata rapi di setiap sudutnya.
Upaya renovasi tersebut telah dimulai sejak 2009 lalu. Pembangunannya-pun tak sembarangan. Menurut Kepala Pusat Pelestarian dan Bangunan Bersejarah PT KAI Ella Ubaidi kegiatan renovasi tersebut dimulai dengan pendataan, kemudian dalam pemugarannya, mereka melibatkan tokoh sejarah dan akademisi, karena itu merupakan bangunan bersejarah. Renovasi gedung Lawangsewu memang diupayakan semirip mungkin dengan bangunan aslinya, hal tersebut agar tidak menghilangkan nilai sejarah dari bangunan tersebut. Hal tersebut diterangkan pula oleh Ella, tim perenovasi mendata dinding dan ubin yang rusak, kemudian mula-mula diteliti komposisi kandungan dinding dan ubinnya. Berdasarkan hasil penelitian itu kemudian dibuat material renovasi yang mirip sekali dengan aslinya.
Dana yang digunakan untuk memugar bangunan bersejarah tersebut tidaklah sedikit. Pemugaran gedung A dan B saja diakui oleh Ella menelan anggaran hingga Rp 4 miliar, belum lagi biaya pemeliharaannya, tak kurang Rp 80 juta per tahun.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik kemudian menetapkan Lawang Sewu sebagai bangunan cagar budaya melalui Kemenbudpar, pada Juni 2010. Hal tersebut dikarenakan, sebuah benda atau bangunan dapat dikategorikan menjadi cagar budaya apabila telah berusia 50 tahun atau lebih. Kenapa 50 tahun? Karena bila telah 50 tahun, bangunan tersebut dianggap telah memiliki arti khusus bagi sejarah, agama, pendidikan, dan kebudayaan, serta memiliki nilai budaya.
Puncaknya 5 Juli 2011 kemarin, serentak, Ibu Negara Ani Yudhoyono, Herawati Boediono (istri Wakil Presiden Boediono) dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Agum Gumelar, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, dan sejumlah anggota Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu.
Kedatangan Ibu Negara dalam rangka peresmian Purnapugar Lawang Sewu, sekaligus mengangkat Lawang Sewu sebagai ikon wisata sejarah yang penting di jantung ibu kota Jawa Tengah. Ibu Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono selaku Pembina Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) datang untuk meresmikan Purna Pugar Lawang Sewu, sekaligus membuka secara resmi pameran budaya dan pekan kuliner yang diikuti oleh 26 provinsi se-Indonesia dan 35 Kabupaten kota se-Jawa Tengah. Festival itu diberi nama "Pameran Kriya Unggulan Nusantara".
Lengkap kini transformasi Lawang Sewu, ia yang dahulu merupakan gedung bersejarah bagi kantor Nederland-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada 1904 dan resmi digunakan sebagai kantor jawatan kereta api di Indonesia pada 1907. Untuk beberapa waktu, bangunannya mulai rapuh dan ke-historisan tempatnya mulai 'dialihfungsikan' menjadi sebuah 'wisata hantu'.
Kini Lawang Sewu kembali diremajakan. Lawang Sewu diharapkan menjadi sebuah tempat destinasi wisata baru. Menjadi harapan bagi citra pariwisata Semarang dan Jawa Tengah. Semoga, sebuah transformasi yang luar biasa akan tercipta.
Tahun bersejarah bagi Lawang Sewu
No | Waktu | Peristiwa |
1 | 1904 | Gedung lawang sewu dibangun |
2 | 1907 | Lawang Sewu resmi digunakan sebagai kantor jawatan kereta api di Indonesia |
3 | 1 Juli 2011 | Pelaksanaan restorasi Gedung Lawang Sewu telah selesai dan resmi diumumkan oleh Kepala Pusat Pelestarian Benda dan Aset Bersejarah PT Kereta Api |
4 | 5-10 Juli 2011 | Peresmian restorasi Lawang Sewu oleh Ibu Negara dan pembukaan pameran budaya dan pekan kuliner |
5 | 2009 | Upaya renovasi Lawang Sewu dimulai |
( Tiko Septianto /CN32 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar